Rabu, 28 Desember 2016

IVF/ Program bayi tabung di Penang, Malaysia

Tanggal 8 Desember 2016, saya dan suami mantap melakukan program IVF (In Vitro Fertilizasion) atau yang lazim di kenal bayi tabung di Indonesia.

Berbekal pengalaman kakak suami saya yang berhasil dengan program kembar 3 bayi tabung dan sekarang di usia 4 tahun keponakan keponakan saya tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah, sudah duduk di bangku TK.

Usia saya 30 tahun, suami 35 kami menikah baru 1 tahun, 2 bulan. Sebelumnya, kami sudah berobat di RS premier Bintaro 1x dan RS Carolus 2x, hingga pengobatan di RS terakhir di Indonesia saya di diagnosis kista dermoid dan kista coklat, suami juga mengalami masalah.
Dokter lalu memberi alamat Klinik Fertility di Jakarta, namanya Klinik Morula untuk melakukan Inseminasi atau IVF.
Sepulang dari RS saya terdiam membisu, sedih rasanya mendengar hal itu, kami akan di sulitkan dgn program memiliki anak secara alami, sepanjang jalan pulang saya diam, suami berusaha menghibur.

Suami cek dan ricek, ternyata paket hemat di sana 47 juta, belum cross cek lebih jauh, suami nampak tidak begitu tertarik.

Beberapa minggu setelah pemeriksaan terakhir, mertua perempuan saya datang ke Jakarta. Beliau banyak bercerita pengalamannya mengurusi anaknya sewaktu program hamil 5 tahun lalu di RS Lam Wa Ee Penang, Malaysia.

Beliau juga cerita kerabat dekatnya 30an tahun yang menikah dengan wanita yang 10an tahun lebih tua darinya.
Wanita tersebut tidak memiliki sel telur, padahal suaminya ingin sekali memiliki anak, sel sperma suami normal. Mereka lalu ke RS Lam Wa Ee penang untuk melakukan bayi tabung menggunakan sel telur orang lain yang dapat di beli di Bank Sel Telur. Singkat cerita, akhirnya mereka mendapatkan anak, walaupun bukan dari benih istri tetapi karena keluar rahim istri, sy pikir itu darah daging mereka berdua.

Setelah memantapkan hati akhirnya saya dan suami memilih tanggal 8 untuk berobat dengan DR Ng Peng Wa spesialis obgyn dan fertilitas.

Kenapa tanggal 8?
Karena tanggal 8 adalah hari kedua mens saya dan andapun yang ingin berobat pertama kali, pastikan datang hari ke 2 mens.
Anda tidak mau bolak balik untuk hal ini bukan?

PROSEDUR PENDAFTARAN DI LAM WA EE HOSPITAL PERTAMA KALI
1. Antri untuk mengambil nomor antrian.
2. Di bagian Adminitrasi mengurus registrasi pasien baru (suami istri)
3. Datang ke praktek DR Ng Peng Wa mulai pukul 09.30 waktu setempat

1. Untuk mengantri, datanglah jam 05.00-05.30 untuk mendaftar agar dilayani paling awal.
Usahakan cek lokasi sehari sebelum mendaftar. Cek juga lokasi UGD karena pintu depan belum buka dan anda akan harus lewat UGD.

Nah, loket karcis pendaftaran baru di buka pukul 07.00 sementara anda sudah tiba jam 5 pagi.
Siasat ipar saya : taroklah sendal atau tas di depan mesin Loket hahahhaha ampuh loh (ga mungkin anda berdiri 2 jam di depan loket)

2. Sudah dapet nomor dan isi formulir  dan lengkapi berkas di loket pendaftaran, waktunya pulang. Saya dan suami menyempatkan di makan di rumah makan di Lam Waa Ee.
Kami kembali pukul 10 pagi ke ruang 137 untuk pemeriksaan.

3. Beruntungnya kami, datang terlambat jam 10 dan nama kami langsung di panggil.
Perawat meminta hasil hasil pemeriksaan dari Indonesia, karena kami memang ingin periksa ulang dan lengkap dan penang Jadi kami membiarkan diri untuk di periksa ulang.

Perawat menyuruh kami melakukan pemeriksaan (prosedur untuk semua pasien baru) :
1. Darah lengkap, hormon, darah ante natal dll.
2. Suami cek sperma

Hasil keluar jam 2 siang dan kami di minta kembali di jam tersebut, menunggu dan akhirnya masuk ke ruang periksa dr.NG Peng Waa baru pukul 18.30 (😭😭😭😭😭 Nangis bombay dah)

Di dalam ruang pemeriksaan, berisikan 3 perawat, saya langsung di minta ke ruangan kecil 1,5x3 meter.
Rupanya di situlah saya akan di USG hahahaha (kirain kamar ganti aja, underwear di lepas ya?

Dr. NG orangnya sikap, cepat, cekatan (time is money), sewaktu USG trans vaginal beliau bermanuver kanan kiri atas bawah ga pake permisi hahaha (but i dont care, saking pengennya punya anak)
So, jangan terlalu berharap dokter dokter di sini ramah dan lembut seperti di Indonesia.

Di akhir pembicaraan dr tersebut menyarankan untuk di lakukàn operasi laparoskopi (bukan main asal potong katanya apalagi kamu mau punya anak katanya).
Operasinya boleh di mana saja, kalau kamu sudah bersih, balek ke saya 2 bulan lagi kita tabung tuturnya lagi.

Beliau tidak mau melakukan bayi tabung bila kondisinya seperti saya.
2 kista dermoid di ovarium kiri dan 2 kista coklat berukuran besar di kanan. Kista yg tumbuh di tubuh saya dapat merusak ovarium saya.
Kalau tidak di operasi kemungkinan kamu punya anak cuma 20% tuturnya.

Akhirnya, karena sudah mengantongi tiket pulang, kami memutuskan untuk melakukan operasi 1 minggu setelahnya karena suami saya masih aktif kerja.

Perawat menjelaskan prosedur operasi dan uang yang harus kami siapkan untuk deposit sebesar 6200 Ringgit atau sekitar 19 juta.
Kami juga diberitahu untuk datang keloket pendaftaran rawat jalan pukul 8.30

Ok, sekian dulu cerita saya, lanjut ke postingan berikutnya ya.