Jakarta, Kota Metropolitan dengan hingar bingar kesibukan setiap individunya mengejar nafkah demi mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga. Setiap orang bahkan begitu letih dan lelahnya bekerja demi mengurus segala kebutuhan yang menjadi tanggungannya, sampai sampai kita lupa bahwa masih banyak orang di luaran sana, jangankan untuk bekerja, mengisi perut untuk memberi sedikit tenaga dalam bekerja saja rasa rasanya tak mungkin.
Bagi anda yang terbiasa mencicipi makanan yang di sebut "daging" baik di rumah makan sekaliber Warteg, Wardang (Warung padang)maupun di restoran restoran siap saji sebangsa McD hingga American Grills, mungkin makanan tersebut adalah "Biasa".
Kita Makan kemudian kita berdoa menurut agama kita masing masing. Mungkin begini lirik syair doa yang menggema di dalam otak kita ketika di depan kita tersaji Ayam goreng krispi, atau stick sapi ala Las Vegas atau Italia "Berkati makanan ini Tuhan, berkati orang orang yang membuat makanan ini, berkati orang orang kekurangan kiranya mereka dapat makan dan merasakan seperti yang saya rasakan saat ini. Amin". Lain halnya bila yang terbentang di hadapan kita hanya mungkin Teri aneka rupa (Medium, Small & Jumbo)atau hanya sayur mayur sebangsa kangkung dibumbui sedikit garam dan bawang merah atau bahkan indomie instan yang anda buat lebih banyak airnya di banding mienya (based on experience as a kost kostan childrean hehehe...) Jangankan berdoa mengucapsyukurpun kadang enggan
Hampir 5 tahun lamanya saya tinggal di Jakarta. Waktu yang cukup bagi saya untuk belajar banyak tentang memberi dan melayani. Kasih bahkan menjadi hal yang ekslusif di negara tercinta ini.
Miris rasanya melihat keadaan seekeliling saya yang notabenenya lebih mengutamakan kepentingan individual. Orang kaya punya levelnya sendiri begitu pula kaum Rerata dan masyarakat miskin
Negara Indonesia keadaan ekonominya semakin terpuruk dan semakin diperparah dengan korupsi yang merajalela dan tidakadanya penegakan hukum yang adil bagi rakyatnya.
Banyak orang menyalahkan pemerintahan baru yang tidak becus mengurus warganya sehingga orang kaya semakin kaya dan semakin banyak kaum miskin yang tadinya adalah kaum menengah.
Hati saya tergerak melihat orang orang yang tidak jauh dari saya, mengais ngais sampah, mengemis, ngamen di jalan kemudian saya melihat pula para tunawisma yang semakin banyak di bawah kolong jembatan. What can I do God? Saya ingin jadi orang yang peka Tuhan.
Saya ingat Bunda Teresa yang memiliki kasih yang besar kepada setiap orang miskin dan papa yang ia temui. Mengapa saya tidak melakukan hal hal baik yang membuat orang lain merasa bahwa mereka tidak sendiri, tetapi ada "AKU" sebagai saudara mereka.
Berbagi itu menyenangkan sekali. Dari situ saya belajar untuk mensyukuri hidup.
Saya tidak mesti selalu meluhat ke atas, tetapi ke bawah pula. Perih rasanya hati ini melihat orang yang untuk makan saja harus mengais ngais sampah
Sesibuk sibuknya saya, saya bersyukur masih bisa bernafas, diberi kesehatan yang prima yang bahkan untuk mendapat kesehatan jasmani, banyak orang di luaran sana membayar biaya yang sangat besar mengorbankan waktu, tenaga n pikiran orang orang di sekeliling mereka
Negara Indonesia keadaan ekonominya semakin terpuruk dan semakin diperparah dengan korupsi yang merajalela dan tidakadanya penegakan hukum yang adil bagi rakyatnya.
Banyak orang menyalahkan pemerintahan baru yang tidak becus mengurus warganya sehingga orang kaya semakin kaya dan semakin banyak kaum miskin yang tadinya adalah kaum menengah.
Hati saya tergerak melihat orang orang yang tidak jauh dari saya, mengais ngais sampah, mengemis, ngamen di jalan kemudian saya melihat pula para tunawisma yang semakin banyak di bawah kolong jembatan. What can I do God? Saya ingin jadi orang yang peka Tuhan.
Saya ingat Bunda Teresa yang memiliki kasih yang besar kepada setiap orang miskin dan papa yang ia temui. Mengapa saya tidak melakukan hal hal baik yang membuat orang lain merasa bahwa mereka tidak sendiri, tetapi ada "AKU" sebagai saudara mereka.
Berbagi itu menyenangkan sekali. Dari situ saya belajar untuk mensyukuri hidup.
Saya tidak mesti selalu meluhat ke atas, tetapi ke bawah pula. Perih rasanya hati ini melihat orang yang untuk makan saja harus mengais ngais sampah
Sesibuk sibuknya saya, saya bersyukur masih bisa bernafas, diberi kesehatan yang prima yang bahkan untuk mendapat kesehatan jasmani, banyak orang di luaran sana membayar biaya yang sangat besar mengorbankan waktu, tenaga n pikiran orang orang di sekeliling mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar